FF Hongbin VIXX (Part 3)

image

              FOLLOW ME
                          (part 3)

Author :
Erni Eyexs

Twitter :
@ernieyex

Instagram :
@erni_eyexs

Main Cast :
-Park Jiyeon (T-ara)
-Lee Hongbin (VIXX)

Other Cast :
-N aka Cha Hak Yeon (VIXX)
-Leo aka Jung Taek Woon (VIXX)
-Ravi aka Kim Won Sik (VIXX)

Songfict :
K.Will Please Don’t

Genre :
Fantasy, Mystery, Romance,
Family

Length :
Chaptered

A/N :
Part 3 datang. Ada tambahan cast nih. Ucapkan welcome untuk bang Ravi!
*Prok Prok Prok
Tak ada scene kiss di sini jadi silahkan yang mau protes authot perbolehkan!
#ApaIni
Silahkan lanjutkan membaca kisah HongJi couple ini!
HAPPY READING!
DON’T PLAGIARISM!
|
|
|
|
|
~Mijika ni aru mono~
~Tsune ni ki wo tsuketeinai to~
~Amari ni chikasugite~
~Miushinatte shimaisou~

Yeoja itu, berhenti bernyanyi saat ia menyadari kedatangan seseorang. Seseorang yang sudah lama singgah di hidupnya. Ia tersenyum hangat menyambut kedatangannya.

“Ravi-Kun!” Panggilnya pada namja bernama Ravi yang kini duduk tepat di sampingnya. Keduanya saat ini tengah berada dihalaman belakang Tokyo University Of Thr Arts, salah satu universitas yang ada di kota Tokyo, Jepang. Sebuah universitas bagi para seniman yang ingin menjadi seorang Composer, Pelukis, Photographis, dan jenis seni lainnya termasuk juga dengan seni manga.

“Apa yang kau lakukan disini, hm?” Ravi, namja itu mengusap lembut rambut kekasihnya. Ya, yeoja itu adalah kekasihnya. Ia adalah Rian.

“Ravi-Kun, lihat ini! Ada seseorang yang mengirimkan lyrick lagu ini untukku!” Yeoja bernama Rian itu memberikan selembar kertas yang ia dapatkan dari seseorang yang masih misterius yang meletakkannya di dalam loker miliknya.

Namja bernama Ravi itu mengerutkan keningnya. Ada rasa cemburu muncul di benaknya. Pasti yang mengirimkan itu adalah orang yang menyukai kekasihnya.

“Aku menyukainya. Lyrick nya benar-benar indah.” Lanjut Rian.

Ravi pun melihat lembaran berisi lyrick itu.
Ia melebarkan matanya.

~DEG~

Ini, lebih dari sebuah lyrick. Ini adalah ungkapan hati sang pengirim. Ini bahkan lebih indah dari sebuah lyrick lagu.
Ya, tentu saja ia sangat mengerti tentang arti keindahan karena itu adalah bidangnya yg seorang mahasiswa jurusan composer. Setiap kata yang terkandung di dalam lembaran itu merupakan sebuah seni. Bahkan seorang composer handalpun belum tentu dapat membuat setiap rangkaian kata tersebut. Seni adalah sesuatu yang terlahir dari hati, dan sang pembuatnya benar-benar menuangkan seluruh isi hatinya dalam selembar lyrick tersebut.

“Si-Siapa yang mengirimnya?” Tanya Ravi terbata.

“Entahlah! Tak ada nama pengirimnya di sana.” Jawab Rian apa adanya.

~Mijika ni aru mono~
~Tsune ni ki wo tsuketeinai to~
~Amari ni chikasugite~
~Miushinatte shimaisou~

*Ini bait pertama di lagu Closer milik Inoue Joe, barangkali ada readers yang penasaran ingin mendengarkannya secara langsung.
Salah satu ost Naruto yang dalamnya mengandung arti paling menyentuh menurut author.
*Kembali ke FF

Ravi menoleh ke arah Rian saat yeoja itu kembali menyanyikan tiap bait dalam lyrick tersebut. Semuanya nampak sempurna. Suara lembut Rian mampu menyempurnakan lyrick tersebut yang memang sudah sangat sempurna.

Seni itu Indah, hanya itu yang tergambar jelas di sana. Meskipun seorang composer hebat menciptakan sebuah lyrick luar biasa, tetap tak akan menjadi seni jika tak selaras dengan yang menyanyikannya.
Dan perpaduan antara suara indah Rian dengan lyrick lagu yang entah siapa pengirimnya, menjadikan sebuah karya seni yang sungguh menakjubkan.

Mungkin bagi Rian, lyrick tersebut hanyalah indah, namun ia tak terlalu mengerti tentang maknanya. Ia hanya menyukai setiap bait dari lyrick tersebut. Berbanding terbalik dengan Ravi yang jelas paham betul akan isi yang terkandung di dalamnya. Wajar saja, karena Rian berbeda jurusan dengan Ravi. Yeoja itu lebih memilih seni lukis di bandingkan dengan seni lyrick meski keduanya sama-sama indah dalam hal seni.

Seorang namja berdiri tak jauh dari tempat keduanya. Meski hatinya terasa sakit saat melihat yeoja yang ia cintai bersama dengan namja lain, namun pandangannya seolah tak ingin terlepas dari sosok yeoja itu. Ya, ialah yang mengirimkan lembaran berisi lyrick itu, isi dari apa yang ada di dalam hatinya.

~Sesuatu yang ada di dekatmu~
~Kau tak peduli sama sekali~
~Jika kau terlalu dekat~
~Kau akan melupakannya~

Itulah arti dari tiap bait yang dinyanyikan Rian.
Ya, hanya sepenggal bait saja.

~JEPRET~

Ia mendapatkannya. Mendapatkan potret dari sosok Rian yang terlihat tengah menyenandungkan lyrick yang ia berikan. Sebuah kepuasan tersendiri saat ia mendapatkan hasil yang sempurna. Mendapatkan potret seorang yeoja yang selama 3 tahun ini diam-diam di cintainya tengah menyenandungkan pemberiannya.

***

“Ri-Rian-Chan!”

“Ne?”

“KYA!” Teriak Hongbin saat Leo hendak menyentuh pipi Jiyeon, membuat namja itu terbangun dari ingatan masalalunya.

“Hey! Leo! Ada apa denganmu? Kau menakuti mereka!” Ucap N nampak tak enak hati pada Jiyeon yang kini bersembunyi di balik tubuh Hongbin, tentu saja Hongbinlah pelakunya, siapa lagi.

“Hosh….Hosh….Hosh….” Leo nampak menghembuskan nafasnya berkali-kali. Ia baru menyadari bahwa saat ia melangkah ke tempat yeoja yang ia anggap Rian, ia sama sekali tak bernafas.

“Kya! Gwaenchana?” N nampak panik melihat keadaan sahabatnya itu.

*
*
*

“Yangmulia!”

Hongbin langsung menatap tajam Jiyeon saat yeoja itu memanggilnya.

“Mi-Mian!” Jiyeon langsung menundukkan kepalanya saat mendapatkan tatapan tajam dari Hongbin.

“Huft….” Hongbin menghembukan nafasnya.
Ada apa dengannya?
Emosinya meningkat saat namja yang diketahui bernama Leo itu hendak menyentuh Jiyeonnya.
Jiyeonnya?
Benarkah Jiyeon sudah menjadi miliknya?
Jiyeon bahkan belum resmi di nikahinya.

“Namja itu…..” Hongbin menjeda ucapannya.

“Aku tak menyukainya. Sangat!” Lanjut Hongbin menatap pintu ruangan yang saat ini tengah di huni N dan juga namja bernama Leo. Sepertinya ruang pribadi milik Leo.
Beruntung hanya tinggal mereka berdua saja di sana karena yang lain nampaknya sudah meninggalkan studio setelah pemotretan selesai di lakukan.

“Apa beliau baik-baik saja ya?” Gumam Jiyeon merasa khawatir pada sahabat namja yang telah menolongnya dan juga putera mahkota.

“Ck, jadi kau mengkhawatirkannya eoh?” Terdengar jelas nada cemburu di sana.

“Namja itu adalah sahabat dari N-ssi yang telah menolong kita. Pasti N-Ssi sangat mengkhawatirkannya!” Jiyeon menyampaikan apa yang ada di dalam hatinya pada Hongbin, membuat Hongbin berdecak tak suka mendengarnya.

*
*
*

“Huft…..” N bernafas lega saat melihat Leo nampak terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Saat ini ia dan juga sahabatnya itu tengah berada di dalam ruang pribadi milik Leo di dalam studionya.

“Sebenarnya ada apa denganmu, eoh? Kenapa kau tiba-tiba bersikap aneh seperti ini? Dan lagi, siapa itu Rian-Chan? Kau menganggap yeoja itu sebagai Rian-Chan.” N melemparkan sejumlah pertanyaan pada sahabatnya itu.

“Ck….Ck….Ck….Hahaha….”

N mengerutkan keningnya saat Leo tiba-tiba terkekeh lalu berubah menjadi tertawa. Tawanya kian menyeramkan, membuat N bergidik ngeri melihatnya. Namja dingin seperti Leo sangat langka dalam hal tertawa. Sekalinya dia tertawa, malah membuat N ketakutan. Bukan tawa bahagia seperti yang orang-orang lakukan, namun tawa miris yang begitu menyedihkan.

“Hey! Neo gwaenchana? Kau membuatku takut saja!”

Leo, tawanya terhenti, yang tersisa hanyalah kekehannya. Ya, ini terlalu miris baginya. Ia mengingat bahwa yeoja itu sangat mirip dengan yeoja yang ia cintai beberapa tahun silam saat ia masih berada di Tokyo, Jepang. Ya, tentu N tidak mengetahuinya karena setelah lulus Senior High School, Leo lebih memilih untuk melanjutkan studynya di Jepang mengingat universitas seni di sana dapat membuatnya mengerti banyak tentang seni photographi yang memang sudah menjadi hobinya sejak lama.

~FLASBACK ON~

Yeoja itu, ia bernama Rian. Yeoja cantik yang memiliki senyum yang amat menawan.
Saat itu aku pertama kali melihatnya di kelas seni lukis.

Awalnya, mata ini tak sengaja melihat sosoknya di sana saat hendak mencari kelas photographi, itu adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Tokyo University Of The Arts. Katakanlah aku salah memasuki ruangan. Hingga mata ini pulalah yang seolah membuat seluruh tubuh tak dapat berpaling dari sosoknya.

Ia, terlalu indah untuk di abaikan begitu saja oleh mata dan tubuh ini. Kini, aku mempercayai satu hal. Semuanya berawal dari mata. Lalu turun hingga menembus jantung dan juga hati. Aku, mempercayai itu setelah mengalaminya.

Ya, itulah awal aku melihat sosoknya. Perasaan asing yang tak singgah sebelumnya, tiba-tiba datang begitu saja.
Tidak, aku tak menyesali perasaan asing ini hadir. Yang ku sesali hanyalah ketidakmampuanku untuk mendekat dan mengenalnya, hingga tiba dimana hari kedatangan seorang namja yang langsung memeluknya. Dan hari itu aku pun mengetahui bahwa namja itu adalah kekasihnya. Kekasih yang baru saja kembali dari Toronto setelah mengikuti lomba penulis lyrick. Ya, hari itu pula aku mengetahui bahwa namja itu berada di kelas composer di universitas yang sama denganku.

Hari terus berganti. Harusnya perasaanku pun ikut terganti setelah mengetahui bahwa yeoja yang telah merebut hatiku sudah menjadi milik orang lain. Namun kenyataan nampaknya berbanding terbalik. Semakin hari perasaan ini kian membesar untuknya. Selama 3 tahun aku menjadi penguntitnya. Benar-benar hal yang tak pernah kupikirkan dalam hidupku sebelumnya.

Hingga tiba dimana hari aku ingin mengatakan perasaanku padanya. Tidak secara langsung, Karena aku tak ingin mengganggu hubungannya bersama dengan kekasih yang kuketahui bernama Ravi itu.
Aku menyerahkan selembar tulisan di lokernya. Tulisan yang berisi lyrick yang kutulis sendiri. Isi yang mengungkapkan seluruh perasaanku padanya. Kupikir dia akan menyukainya karena kekasihnya adalah seorang composer, mungkin saja itu adalah salah satu yang menjadi alasan ia berkencan dengan namja itu.

Hingga tiba saat kelulusan, aku kembali memotretnya yang terlihat bahagia bersama kekasihnya. Tidak, aku tak merasa sakit saat melihatnya. Perasaanku justru amatlah sangat tenang karena yeoja yang ku cintai begitu bahagia dengan namja yang di cintainya meskipun itu bukanlah aku orangnya.

Ya, inilah cinta yang sesungguhnya bagiku. Ini sudah cukup. Aku akan melepaskannya. Melepaskan orang yang kucintai yang bahkan tak mengenalku. Aku akan membiarkan semuanya mengalir sebagaimana mestinya saat perasaan asing itu belum muncul. Kuharap kau selalu bahagia bersamanya, Rian-Chan. Itulah do’a yang kupanjatkan sebelum pesawat yang ku tumpangi menuju kembali ke Korea meninggalkan Jepang.

~FLASHBACK OFF~

“KYA!” N mengguncang tubuh Leo cukup keras. Ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan sahabatnya saat ini yang mulai mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.

“Jangan membuatku takut seperti ini!” N makin panik saat Leo mulai terisak. Ini pertama kali dalam hidupnya N melihat sosok Leo menangis.
Ada apa sebenarnya?
Kepedihan apa yang ia simpan? Batin N.
|
|
|
|
|
“A-Apa teman N-Ssi baik-baik saja?” Tanya Jiyeon penasaran saat ketiganya tiba di apartement N.

“Gwaenchana. Dia akan baik-baik saja. Maaf telah membuat kalian berdua ketakutan.” N mewakili Leo meminta maaf.

“Ck, ya, dia benar-benar menakutkan!” Sembur Hongbin yang nampak kesal karena Jiyeon menanyakan namja lain.

“Yangmulia!”

“Ara ara ara!”

“Geurae. Tinggallah di sini sampai kalian berdua memiliki tempat tinggal sendiri! Selama kalian disini, saya akan tinggal di apartement Leo. Bahan-bahan makanan sudah tersedia di dalam lemari pendingin. Kalian boleh menggunakannya untuk memasak.”

Hongbin mendengus tak suka meski N adalah penolongnya.

“Kamsahamnida, N-Ssi! Mianhae karena kami sudah banyak menyusahkan N-Ssi sejauh ini!” Jiyeon nampak tak enak hati.

“Gwaenchana. Selagi saya masih bisa membantu, maka dengan senang hati saya akan membantu.”

“Baiklah, saya harus kembali menemani Leo. Besok saya akan menjemput kalian kembali. Beristirahatlah!” N pun meninggalkan apartementnya dan pergi menuju apartement milik Leo sahabatnya.

“Yangmulia, sikapmu benar-benar tak sopan pada N-Ssi!” Tegur Jiyeon.

“Lalu?”

“Kau kan putera mahkota, harusnya kau bisa menunjukkan sikap yang pantas sebagai seorang putera mahkota!”

“Ck….”

“Eoh? Majja! Di dunia asing ini, kau bukanlah siapa-siapa. Tak akan ada pengawal ataupun pelayan. Kau bahkan tak memiliki sepeserpun uang.”

“Mwo?”

“Kau ini sama seperti ku saat ini! Sama-sama rakyat biasa di dunia asing ini! Jadi sebaiknya kau jaga sikapmu itu sebelum orang-orang membuangmu dari sini!”

“MWORAGO?”

“Dan berhenti meneriakiku! Aku bukanlah pelayan atau pengawalmu, Lee Hongbin-Ssi!”

Keduanya saling memberikan tatapan tajam, tak terima dengan sikap satu sama lain.

“Geurae! Kalau begitu, mulai sekarang, jangan bergantung lagi padaku!”

“Memangnya siapa yang bergantung padamu, eoh? Apa yang bisa kau gantungkan padaku saat ini? Kau itu tak lebih dari pengemis disini!”

“KYA!” Teriak Hongbin seraya mendorong tubuh Jiyeon hingga punggung yeoja itu membentur dinding apartement.

~BRUK~

Rasa nyeri yang Jiyeon rasakan ia abaikan begitu saja. Moment ini sama dengan hari dimana mereka pertama kali bertemu di istana. Keduanya sama-sama di kuasai oleh emosi. Dan lihatlah Hongbin, nampaknya ia yang paling tak bisa mengontrol emosinya. Terlihat jelas dari nafasnya yang memburu, berusaha manahan amarah yang siap meledak ke permukaan.

“Baiklah! Urus urusan kita masing-masing! Selamat tinggal!” Hongbin melepaskan cengkraman tangannya di tubuh Jiyeon kemudian keluar dari dalam apartement, menyisakkan tubuh Jiyeon yang perlahan merosot ke bawah. Air mata yeoja itu kembali mengalir. Untuk yang kesekian kalinya. Dan namja itulah yang kembali menjadi penyebabnya. Entah di dunia sebelumnya, atau di dunia yang asing ini.
Takut, ya, ia takut, bahkan sangat takut setiap kali melihat Hongbin hampir lepas kendali seperti yang telah terjadi beberapa detik lalu. Ia menangis. Menangis atas semua yang telah terjadi.

“Hiks….Hiks….Hiks….”

|
|
|
|
|

Leo, namja itu memandang beberapa lembar gambar yang ia potret beberapa tahun silam. Potret seorang yeoja cantik dengan rambut pirang panjangnya. Salah satu gambar yang menjadi favourite nya adalah sebuah gambar saat sang yeoja tengah duduk di bawah sebuah pohon dan terlihat tengah menyenandungkan sesuatu seraya tersenyum, membuat wajahnya yang ayu terlihat semakin mempesona.

“Rian-Chan!” Lirihnya.

Kemudian ingatannya kembali pada saat beberapa hari setelah ia kembali ke Korea.

~FLASHBACK ON~

“Kau akan menjadi seorang photographer! Ada banyak tawaran dari berbagai redaksi majalah untukmu. majalah mana yang akan kau pilih?” N, ia bertanya seraya memperhatikan lembar demi lembar tawaran pekerjaan yang di berikan oleh sejumlah redaksi majalah pada sahabatnya itu. Ya, keduanya saat ini tengah berada di sebuah restorant bernama Ilhae Ok yang berada di kawasan Wolmyeong-Dong, Gunsan, Jeollabuk-Do, Korea Selatan.
Setelah kembali ke Korea, hal pertama yang dilakukan Leo tentu saja menemui sahabatnya itu setelah seharian mencari sebuah apartement untuk di tinggalinya nanti.
Keluarganya berada jauh di California, hanya N lah alasan satu-satunya ia kembali ke Korea.
Tinggal kembali bersama keluarganya hanya akan mendapatkan kekosongan kembali di hatinya sejak nenek yang membesarkannya meninggal dunia. Ya, tentu sifat Leo yang dingin dan super cuek di wariskan oleh kedua orang tuanya. Akan sangat membosankan jika kau terus-terusan hidup bersama dengan orang-orang yang sikap dan sifatnya tak jauh berbeda denganmu.

Leo menyesap Coffee yang sudah ia pesan. Ya, itu adalah minuman yang paling di sukainya.

“Hm!” Hanya gumaman tak jelas yang terlontar dari bibir sexy Leo.

“Aissh, kau ini!” Komentar N yang masih memilihkan beberapa redaksi terbaik yang mungkin saja akan cocok untuk Leo nantinya.

Mata Leo seketika melebar saat ia melihat keseberang jalan melalui kaca jendela restaurant.

“Rian-Chan!” Batinnya.

Iapun langsung bangkit saat melihat yeoja itu. Menimbulkan suara deritan kursi yang tergeser, menyadarkan N bahwa Leo kini sidah tak ada di hadapannya.

“Dimana si batu es itu?” Gumam N nampak mencari sosok sang sahabat.

Dan disinilah sosok Leo sekarang, berada di persimpangan jalan, berseberangan dengan sosok Rian berada.

banyak pertanyaan muncul di benak Leo saat melihat yeoja itu.
Untuk apa Rian ke Korea?
Terlebih ke Gunsan.
Apa mungkin yeoja itu mencarinya?
Leo menggelengkan kepalanya akan pikiran konyolnya. Mana mungkin Rian mencarinya hingga sejauh ini. Bahkan Rian tak mengenalnya. Itu sangatlah mustahil. Lalu, apa alasan Rian berada di Gunsan?

Saat Leo hendak melangkah, kakinya tak bergerak saat matanya menangkap kedatangan sosok namja yang ia yakini adalah Ravi yang tengah menghampiri Rian. Ya, Ravi kekasih Rian.
Rasanya harapan Leo untuk mendekati Rian hancur sudah. Kekasih yeoja itu memang tak pernah jauh darinya. Dimana yeoja itu berada, disitu pasti sang namja mendampinginya. Seolah tak ada celah untuk orang lain memasuki kehidupan mereka.

Kini Leo tau semua jawaban atas pertanyaannya. Yeoja itu berada di Gunsan untuk berlibur setelah kelulusan berakhir, dan tentu saja ia datang bersama dengan kekasihnya, Ravi.

Leo mengepalkan tangannya. Rasanya ia ingin marah saat itu juga. Tapi, marah pada siapa? Dan apa alasannya ia marah?

Leo langsung berbalik kembali menuju restaurant. Bukan untuk menemui N kembali, melainkan untuk mengambil mobilnya yang terparkir di area sekitar restaurant dan secepatnya pergi dari sana. Tanpa ia ketahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Rian, itu hanyalah asumsinya belaka.

~FLASHBACK OFF~

“Bagaimana kabarmu, hm?” Monolog Leo.

“Apa kau sudah menikah dengan namja yang kau cintai itu?” Wajah Leo seketika berubah.

“Eoh, atau mungkin kau sudah memiliki beberapa anak? Ck!” Leo tersenyum miris. Bahkan setelah kejadian itu, setelah terakhir kalinya ia melihat yeoja itu, ia masih belum bisa melupakannya. Rasa cintanya terhadap yeoja itu bahkan semakin hari kian membesar.
Ada apa dengan hatinya?
Bahkan Leo pun tak dapat mengerti hal itu.
Ini terbukti saat ia melihat sosok yeoja asing yang dibawa N yang memiliki wajah 99% mirip dengan Rian.
Cintanya pada Rian bahkan sudah tersampaikan meski hanya melalui selembar lyrick.
Bohong!
Ya, itu bohong jika ia berfikir bahwa ia akan bahagia jika yeoja yang di cintainya bisa bersama dengan namja yang di cintai yeoja itu, nyatanya, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, perasaannya tak kunjung menghilang untuk yeoja itu.
Apakah yang sebenarnya hati Leo inginkan?
Lalu, rencana apa yang Tuhan siapkan untuknya hingga mengirim sosok yeoja yang memiliki kemiripan fisik sama seperti Rian?
Itulah misteri yang harus segera di pecahkan!
|
|
|
|
|
Satu kata untuk namja yang memiliki tinggi badan sekitar 181 cm yang saat ini tengah berjalan tak tentu arah di kawasan Gunsan.

Bodoh.

Ya, itu kata yang tepat untuknya. Untuk namja yang memiliki nama lengkap Lee Hongbin yang ternyata adalah seorang putera mahkota yang tersesat di dunia modern yang sama sekali tak ia kenal bahkan dari bahasa dan juga alat-alat canggih lainnya. Semua benar-benar asing baginya.

Lalu, kenapa ia mendapatkan julukan si bodoh?

Ck, tentu saja!
Alasannya, karena ia TERLALU pintar untuk berjalan di tengah jalan raya yang saat ini tengah ramai dengan lalu lalang setiap kendaraan yang melewatinya dan mengakibatkan berbagai kekacauan lalu lintas yang membuat banyak pengendara membunyikan klakson kendaraan mereka bahkan mengumpatinya, membuat sang putera mahkota yang tak terima di umpati justru mengumpat balik sang pengendara hingga terjadi sedikit perkelahian saat sang pengendara yang kesal keluar dari dalam kendaraannya.

Dan untuk yang satu ini, entah di sebut pintar atau  KEMBALI bodoh, Lee Hongbin, namja yang tak ingin derajatnya turun meski berada di dunia asing, membuat sosok N tiba di kantor kepolisian untuk menjaminnya agar ia bisa keluar dari balik jeruji besi yang sudah pasti ia tau adalah sebuah penjara.
Ya, itu adalah hukuman karena ia telah mengacaukan perlalulintasan atas ulah ‘PINTARNYA’.
Ya, hanya N yang ia kenal di dunia asing ini. Beruntung ia mengingat nama asli N dan iapun mengatakan bahwa N adalah seorang dokter pada pihak kepolisian. Ya, sesuai dengan apa yang N katakan padanya saat pertama kali namja itu memperkenalkan dirinya.
Dan ia mengatakan pada pihak kepolisian, bahwa N lah yang akan menjamin kebebasannya karena N adalah saudaranya.
Ya, sepertinya Hongbin berhasil mengelabui pihak kepolisian. Mereka percaya begitu saja dengan apa yang Hongbin katakan. Nampaknya Hongbin berbakat dalam hal akting. Dia bisa menjadi seorang aktor terkenal kelak. Ya, itupun jika ia masih berada di dunia asing ini.

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu, eoh? Bagaimana kau bisa berada di kantor polisi?” Sembur N saat ia tengah mengendarai mobil Bentley Mulsanne miliknya.

Hongbin yang duduk di samping kursi kemudi hanya terdiam, masih memandang jalanan di dunia asing itu. Gelapnya malam tertutup oleh cahaya-cahaya lampu dengan berbagai warna, berbeda jauh dengan yang ada di dunianya dulu. Disini terlalu bising. Itulah yang Hongbin rasakan. Ia merindukan dunianya. Bukan dunia asing yang tak menghormatinya. Berkata kasar dan tanpa aturan. Lihat saja pakaian yang di kenakan para yeoja di sana! Mereka lebih pantas di bilang telanjang di bandingkan mengenakan pakaian.
Moral, tatakrama, rasanya didunia asing ini semua itu terabaikan.

“Huft….” Hongbin menghembuskan nafasnya. Kini ia mengerti bagaimana perasaan Jiyeon saat yeoja itu tak di hormatinya.
Seperti inikah rasanya? Batin Hongbin.

“Kya! Neo gwaenchana?” Sembur N saat melihat tak ada jawaban dari Hongbin atas pertanyaannya.

Mau bagaimana lagi.
Jiyeon benar.
Didunia asing ini ia bukanlah siapa-siapa, ia tak berhak marah jika N berkata tak sopan seperti itu.

“Mian!” Lirih Hongbin membuat N mengerutkan keningnya tak mengerti.

“Mwo?”

“Untuk semuanya. Tentang sikap dan semua ucapanku padamu. Aku meminta maaf. Maaf dan terimakasih untuk semuanya.” Ucap Hongbin pada akhirnya.

“Ck, Hahah……Kau ini kenapa? Untuk apa meminta maaf dan berterimakasih seperti itu? Anggap saja aku ini adalah keluargamu.” Balas N bijak.

“Eoh, aku bahkan belum mengetahui namamu dan juga istrimu itu!” N mengingat bahwa ia sama sekali belum mengetahui nama pasangan asing yang di tolongnya.

“Lee Hongbin. Kau boleh memanggilku Hongbin. Dan dia….” Hongbin menghentikan jawabannya kemudian menoleh ke arah N.

“Istriku? Siapa yang kau maksud dengan istriku?” Hongbin sedikit meninggikan suaranya.

“Kya! Bukankah yeoja yang bersamamu itu adalah istrimu!”

“Huft…Kami belum menikah. Kami hanyalah dua orang yang dijodohkan keluarga kami.” Jawab Hongbin menormalkan kembali suaranya yang sempat meninggi.

~CKIIIIIIIIT~

“KYA!” Teriak Hongbin karena N tiba-tiba saja menghentikan kendaraannya begitu saja.

“MWORAGO? DIJODOHKAN? JADI KALIAN BUKANLAH PASANGAN KAWIN LARI?” N heboh sendiri. Ini berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan selama ini tentang pasangan asing itu.

Hongbin menghembuskan nafasnya berkali-kali berusaha untuk tak meluapkan semuanya karena N lagi-lagi meneriakinya.
Ingat Lee Hongbin, N tak tau bahwa kau ini adalah seorang putera mahkota. Jadi wajar saja jika N berteriak tak sopan seperti itu padamu. Terlebih saat ini kau tinggal di dunia asing yang nampak terlihat begitu mengabaikan moral dan juga sopan santun. Hongbin membatin.

“Park Jiyeon. Dialah calon istri yang di jodohkan denganku.” Jawab Hongbin pada akhirnya.

“Huft….Jadi, aku menolong orang yang salah.” N meradang.
N tak mengatakan apapun lagi. Mau bagaimana lagi, sudah terlanjur menolong meskipun yang ia tolong bukanlah pasangan kawin lari seperti yang N pikirkan.
Ia kembali menjalankan mobil Bentley Mulsanne nya.

“Jadi, kenapa kau berkeliaran seorang diri tanpa Jiyeon dan menimbulkan masalah?” N kembali bersuara.

“Kami bertengkar.”

“Benarkah?”

“Ya, semuanya adalah kesalahnku. Dia pantas marah padaku.” Hongbin nampak terlihat benar-benar menyesal atas perbuatannya.

“Tidak apa-apa! Kesalahan akan membuatmu mengerti tentang rasa menghargai. Kau akan mengerti bagaimana cara memperbaikinya.”

Hongbin menoleh ke arah N.
Sungguh apa yang N katakan mampu membuat hatinya tergerak.

“Semua orang pernah melakukan kesalahan. Tergantung apakah mereka mau belajar dari kesalahan mereka dan tak akan mengulanginya lagi. Meski kata ‘maaf’ tak sebesar dengan kesalahan yang telah kita perbuat, tapi percayalah, kata ‘maaf’ memiliki sihir yang luar biasa. Seperti saat ini. Kau terlihat lebih terbuka padaku setelah mengatakan kata itu. Jika kata maaf itu tulus keluar dari mulutmu, maka kau akan merasakan seberapa luar biasanya kata itu.”

Hongbin tersenyum.
Baiklah, ia beruntung karena yang di temuinya di dunia asing ini adalah sosok N.

“Aku, akan melakukannya. Terimakasih.” Ucap Hongbin tulus.

“Ck, kau mengucapkannya lagi. Hahaha….”

“Eoh, hampir saja aku melupakannya. Besok, kau dan juga Jiyeon akan mulai bekerja bersama Leo. Leo sudah menyetujuinya. Bekerjalah sebaik mungkin. Ikuti semua intruksi yang Leo berikan. Dan tolong sampaikan salamku pada Jiyeon. Aku tak bisa mengantarmu hingga apartement. Ada operasi mendadak yang menyebabkan malam ini aku harus lembur di rumah sakit.” Ucap N saat tiba di area sekitar apartementnya.

Hongbin menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti dengan apa yang N ucapkan padanya.

“Selesaikanlah masalahmu dengannya. Kuharap hanya akan ada senyuman saat esok aku menjemput kalian!” Lanjut N setelah Hongbin keluar dari dalam mobilnya.

“Baiklah! Terimakasih!”

N tersenyum hangat kemudian menutup kaca mobilnya yang sempat ia buka saat hendak berbicara pada Hongbin.

Dan disinilah Hongbin kini. Didalam apartement N.
Sejak ia memasuki ruangan itu, tak ada yang terjadi. Begitu pula dengan Jiyeon. Bahkan untuk membuka suarapun tak ada yang melakukannya. Jiyeon masih terduduk di tempat terakhir kali Hongbin meninggalkannya, dan Hongbin masih berdiri di tempat pertama kali ia memasuki apartement.
Jiyeon memang sudah mengetahui kedatangan Hongbin. Namun ia terlalu takut untuk sekedar membuka suaranya.

Jiyeon dapat mendengar suara langkah Hongbin yang mendekat kearahnya dan ia dapat merasakan tubuh Hongbin yang kini duduk di sampingnya, membuat tubuh Jiyeon seketika menegang.

“Kau masih marah padaku?” Suara Hongbin memecahkan keheningan yang tercipta di dalam apartement.

Jiyeon memberanikan diri menoleh ke arah Hongbin. Tubuh Hongbin begitu dekat dengan tubuhnyan. Ia dapat melihat wajah Hongbin yang lebih melunak di bandingkan saat terakhir kali dilihatnya.

~DEG~

Jiyeon tak dapat bergerak saat Hongbinpun menoleh kearahnya. Tatapannya terkunci oleh mata indah Hongbin. Membuat tubuhnya seolah terhipnotis dan tak mampu ia gerakan.

Tangan Hongbin terulur menyentuh pipi jiyeon. Bekas air mata yeoja itu terlihat disana. Dan sudah pasti ialah pelaku yang mengakibatkan air mata itu kembali keluar dari sarangnya.

Hongbin mengelus lembut pipi Jiyeon dengan penuh sayang.
Rasanya kembali pada moment ciuman kedua mereka tempo hari saat mereka pertama kali tiba di apartement N.
Kenapa selalu sama?
Bertengkar dan kemudian kembali berbaikan. Ini indah. Meski di saat pertengkaran membuat salah satu dari mereka bahkan harus mengeluarkan air mata, tapi ketika mereka kembali berbaikan ada rasa sayang dan penuh kasih di sana.

“Mian!”

Satu kata itu mampu membuat dunia Jiyeon seolah terhenti detik itu juga.
Bagaimana bisa seorang putera mahkota yang begitu angkuh dan sombong mengucapkannya?
Harusnya Jiyeonlah yang meminta maaf karena telah berani mengkritik seorang putera mahkota untuk yang ke sekian kalinya yang sudah jelas derajatnya jauh lebih tinggi dibandingkan dirinya.

“Aku berjanji akan berusaha berkata dan bersikap lebih baik lagi. Aku akan menjagamu sampai kita kembali kedunia kita sebelumnya!”

~HUG~

Jiyeon langsung berhambur memeluk tubuh hangat Hongbin.
Hongbinpun membalas pelukan Jiyeon. Merengkuh tubuh mungil itu lebih dalam lagi.
Keduanya tersenyum bahagia.
Ya, harusnya seperti ini.
Harus bekerja sama untuk tetap hidup di dunia asing ini dan menemukan cara agar mereka bisa kembali ke dunia mereka sebelumnya.
Ya, hanya itulah yang perlu mereka lakukan.
Tapi, sadarkah Jiyeon dengan ucapan terakhir Hongbin?
‘Aku akan menjagamu sampai kita kembali ke dunia kita sebelumnya’
Apakah itu berarti setelah mereka kembali ke dunia mereka Hongbin akan bersikap seperti dulu?
Merendahkan dan mengabaikannya?
Kita lihat saja hingga mereka bisa menemukan jalan untuk kembali.
|
|
|
|
|
“Di duga supir mengantuk, sebuah truk bermuatan material bangunan menabrak seorang penyeberang jalan di kawasan Wolmyeong-Dong, Gunsan, Jeollabuk-Do, Korea Selatan.
Akibat kecelakaan tersebut, seorang penyeberang jalan terpental sejauh beberapa meter hingga mengakibatkan ia meninggal dunia di tempat kejadian.
Korban di ketahui bernama Rian, seorang warga negara dari negeri Sakura, Jepang, yang tengah berlibur di Gunsan, Korea Selatan.”

“Hosh….Hosh….Hosh….” Leo, namja itu terbangun dengan deru nafas tak beraturan dengan peluh yang menguar di seluruh tubuhnya.
Mimpi buruk itu kembali menghantuinya.
Mimpi dimana ia kembali kemasalalunya ketika ia melihat sosok yeoja yang di cintainya berada di negaranya, tentu bersama dengan kekasihnya.
Berusaha mengabaikan kehadirannya saat itu dan lebih memilih untuk kembali ke apartementnya dan begitu terkejut saat ia melihat sebuah tayangan di salah satu stasiun televisi yang menyampaikan berita tentang kecelakaan yang membuat yeoja yang di cintainya meninggal dunia.

Perasaan bersalah dan juga penyesalan, semuanya menjadi satu saat itu. Sama seperti pagi ini yang membuat Leo terbangun dari tidurnya dan mengakibatkan perasaan itu kembali tertinggal di dalam hatinya.

Andai waktu bisa kembali, maka Leo tak akan beranjak dari tempat dimana ia melihat sosok Rian. Mungkin ia bisa menyelamatkan Rian saat kecelakaan itu memang di takdirkan terjadi saat itu.

“Rian-Chan!”
|
|
|
|
|
Penasaran dengan sosok Rian?
Lanjut ke part 4?
Buruan di coment FF nya agar next part bisa secepatnya author post
Coment Jusaeyo

8 thoughts on “FF Hongbin VIXX (Part 3)

  1. aaahh jadi itu sebabnya kenapa leo ngerasa ga asing sama wajahnya jiyeon O.o
    kasian leo cintanya ternyata ga bertepuk tangan aka cuma bertepuk sebelah tangan 😦
    yodah jangan sedih lagi beib kan masih ada aku #huachiiim 😀
    aaaaaaaa penasaran bangeeeetttt…….. ditunggu banget lanjutannya 😀

    Suka

  2. Gg bisa coment apa2 lagi,,
    Nyesek lihat leo dengan cinta terpendamnya yg belom tersampaikan,eehh yg dicintai malah meninggal.. #sabar ya abg,edek masih ada disini *guyurairseembersamaeonni

    Segera ditunggu part 4nya ya eonni ..
    Fighting..

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Erni Eyexs Batalkan balasan